Riwayat Jendela Dunia
Jendela dunia seperti darah yang mengalir dalam nadi yang alirannya memberi kehidupan.
- 2 November 2007 : Cie, Lie, Adang, Iqbal makan bersama di rumah iqbal.
Tak sengaja tercetus untuk mendirikan Taman Bacaan, dengan alasan prihatin karena kurangnya budaya baca di wilayah tempat tinggal kami.
- 3 November 2007 : Pertemuan pertama untuk membahas segala sesuatu yang dibutuhkan untuk Taman Bacaan. Hasil dari pertemuan:
- Berkonsultasi pada orang yang dianggap lebih berpengalaman - Merencanakan langkah-langkah persiapan pendirian taman bacaan - Mengumpulkan buku-buku koleksi pribadi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. - Segera melengkapi sarana dan prasarana untuk taman bacaan
- 4 November 2007 : Pertemuan kedua untuk membahas:
- Sumbangan awal @Rp 40.000,- (Untuk berbagai kebutuhan persiapan) dari berempat terkumpul Rp 120.000,- - Menentukan identitas, seperti nama taman bacaan, logo, tata laksana Taman Bacaan, dll. - Menetapkan kepengurusan Taman Bacaan
- 5-9 November 2007 : Pelaksanaan persiapan pembukaan taman bacaan seperti :
- Pembuatan cap - Pembuatan kartu buku, kartu anggota, kartu peminjaman, dll - Pembuatan rak buku - Pengumpulan buku dari berempat dan akhirnya terkumpul 206 buku - Menata buku sesuai dengan klasifikasinya
- 10 November 2007 : Peresmian Taman Bacaan secara sederhana.
(sengaja dipilih hari ini karena bertepatan dengan hari bersejarah yaitu hari pahlawan) Kondisi pertama Jendela Dunia berdiri hanya memiliki :
- 206 buku
- 1 buah rak buku (dibuat seadanya karena keterbatasan dana)
- 1 buah lemari kecil
- 1 meja
- 1 kursi
- Alat-alat tulis yang diperlukan untuk administrasi yang dibeli seadanya yang lagi-lagi karena terbatasnya segi pendanaan.
Tapi sekarang berkat bantuan dan kerjasama teman-teman serta KBJD dalam kurun waktu 1,5 tahun Jendela Dunia telah memiliki :
- Keanggotaan berjumlah 300 orang yang 75% aktif, dan rata-rata per hari mencapai 10-20 peminjam
- 5 Rak buku (sebagian Rak sumbangan dari Lie)
- 2010 buku (sebagian buku merupakan sumbangan dari sukarelawan KBJD)
- 1 etalase
- 2 meja (Sumbangan dari Adang)
- 1 kursi
- seperangkat komputer
- 1 rak penyimpanan tas
- 1 rak sepatu
- 1 white board
- 1 lembar karpet (sumbangan dari Iqbal)
- dll.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa budaya baca pada masyarakat di lingkungan sekitar belum luntur, hanya saja fasilitator yang kurang memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar